Friday, 5 April 2013

Hijrah: Kembali ke Jalan Allah


Tidak ada yang menjanjikan bahwa kehidupan di dunia akan penuh dengan kebahagiaan bagi semua orang. Tidak ada yang mampu menjanjikannya, kecuali Tuhan. Dan Tuhan tidak pernah menjanjikannya. Bagi orang yang beragama, kebahagiaan yang kekal dijanjikan dapat diraih di kehidupan selanjutnya. Sehingga setiap manusia yang lahir ke dunia harus siap menghadapi kenyataan bahwa hidup di dunia tidaklah mudah. Kehidupan di dunia akan menjadi suatu perjalanan yang harus ditempuh dengan penuh perjuangan.
Keyakinan akan kekuasaan Tuhan adalah sesuatu yang mutlak harus dimiliki oleh setiap manusia yang mengaku beragama. Keyakinan itu kemudian akan membawa konsekuensi bahwa mau tidak mau mereka harus mengikuti seluruh kalimat-kalimat Tuhan dan para utusan-Nya yang memuat berbagai aturan dalam menjalani kehidupan di dunia. Aturan tersebut memang lebih banyak mengekang dan membatasi perilaku manusia, namun itulah yang seharusnya, jika manusia tetap ingin mempertahankan martabatnya sebagai mahluk yang memiliki peradaban.
Jadi sebenarnya tidak ada yang bisa dijadikan dasar bagi orang yang beragama untuk menganggap bahwa mereka berhak menikmati segala apa yang mereka inginkan demi kebahagiaan hidup mereka di dunia.
Berpijak dari keyakinan itu kami, yang dengan kehendak Allah SWT mendapatkan cobaan berupa kecenderungan terhadap sejenis, mengambil sikap untuk tetap mempertahankan iman dan islam kami. Karena keislaman kami dan iman kami kepada Allah adalah suatu anugerah yang sangat agung. Kami tidak ingin menghancurkan anugerah tersebut hanya demi kenikmatan sesaat di dunia.
Tidak kami pungkiri, bahwa kamipun sedikit atau banyak pernah terpedaya oleh bisikan-bisikan yang mengatakan bahwa kami mempunyai hak untuk mereguk kebahagiaan yang kami inginkan. Akan tetapi pada akhirnya kami menemukan bahwa diri kami hanyalah mahluk yang tidak berdaya di hadapan Tuhannya.
Ketika kami pernah mencoba mempertanyakan dan memberontak kepada Allah, kami tidak sadar bahwa apa yang kami tuntut hanyalah sesuatu yang sangat tidak berarti dibandingkan keagungan Allah yang meliputi seluruh alam semesta. Dan saat kemudian kami menyadarinya, kami pun jatuh tersungkur di hadapan-Nya. Kami sebenarnya tidak patut mempertanyakan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, kami sebenarnya hanyalah mahluk yang sangat bergantung kepada Khaliqnya, kami sebenarnya terlalu lemah untuk berani menentang Allah. Maha Suci Engkau Ya Allah, dari segala prasangka buruk yang pernah muncul dalam hati kami yang buta.
Kesadaran itu tidaklah kemudian membuat kecenderungan yang ada dalam diri kami menghilang. Kecenderungan itu tetap ada dalam diri kami. Namun kami yakin bahwa adanya kecenderungan itu sendiri bukanlah suatu dosa bagi kami. Adanya kecenderungan itu adalah sebagai ujian bagi keimanan kami. Dosa baru ditimpakan bila kami kalah dan mengikuti hawa nafsu dengan melakukan perbuatan yang tidak diridhoi-Nya. Untuk itu kami harus berjuang untuk melawan kehendak hati kami yang tidak sesuai dengan tuntunan Islam. Dan tampaknya perang kami ini akan berlangsung seumur hidup.

No comments:

Post a Comment