Tidak 
                  ada yang menjanjikan bahwa kehidupan di dunia akan penuh dengan 
                  kebahagiaan bagi semua orang. Tidak ada yang mampu menjanjikannya, 
                  kecuali Tuhan. Dan Tuhan tidak pernah menjanjikannya. Bagi orang 
                  yang beragama, kebahagiaan yang kekal dijanjikan dapat diraih 
                  di kehidupan selanjutnya. Sehingga setiap manusia yang lahir 
                  ke dunia harus siap menghadapi kenyataan bahwa hidup di dunia 
                  tidaklah mudah. Kehidupan di dunia akan menjadi suatu perjalanan 
                  yang harus ditempuh dengan penuh perjuangan.
Keyakinan 
                  akan kekuasaan Tuhan adalah sesuatu yang mutlak harus dimiliki 
                  oleh setiap manusia yang mengaku beragama. Keyakinan itu kemudian 
                  akan membawa konsekuensi bahwa mau tidak mau mereka harus mengikuti 
                  seluruh kalimat-kalimat Tuhan dan para utusan-Nya yang memuat 
                  berbagai aturan dalam menjalani kehidupan di dunia. Aturan tersebut 
                  memang lebih banyak mengekang dan membatasi perilaku manusia, 
                  namun itulah yang seharusnya, jika manusia tetap ingin mempertahankan 
                  martabatnya sebagai mahluk yang memiliki peradaban.
Jadi 
                  sebenarnya tidak ada yang bisa dijadikan dasar bagi orang yang 
                  beragama untuk menganggap bahwa mereka berhak menikmati segala 
                  apa yang mereka inginkan demi kebahagiaan hidup mereka di dunia.
Berpijak 
                  dari keyakinan itu kami, yang dengan kehendak Allah SWT mendapatkan 
                  cobaan berupa kecenderungan terhadap sejenis, mengambil sikap 
                  untuk tetap mempertahankan iman dan islam kami. Karena keislaman 
                  kami dan iman kami kepada Allah adalah suatu anugerah yang sangat 
                  agung. Kami tidak ingin menghancurkan anugerah tersebut hanya 
                  demi kenikmatan sesaat di dunia.
Tidak 
                  kami pungkiri, bahwa kamipun sedikit atau banyak pernah terpedaya 
                  oleh bisikan-bisikan yang mengatakan bahwa kami mempunyai hak 
                  untuk mereguk kebahagiaan yang kami inginkan. Akan tetapi pada 
                  akhirnya kami menemukan bahwa diri kami hanyalah mahluk yang 
                  tidak berdaya di hadapan Tuhannya.
Ketika 
                  kami pernah mencoba mempertanyakan dan memberontak kepada Allah, 
                  kami tidak sadar bahwa apa yang kami tuntut hanyalah sesuatu 
                  yang sangat tidak berarti dibandingkan keagungan Allah yang 
                  meliputi seluruh alam semesta. Dan saat kemudian kami menyadarinya, 
                  kami pun jatuh tersungkur di hadapan-Nya. Kami sebenarnya tidak 
                  patut mempertanyakan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, kami sebenarnya 
                  hanyalah mahluk yang sangat bergantung kepada Khaliqnya, kami 
                  sebenarnya terlalu lemah untuk berani menentang Allah. Maha 
                  Suci Engkau Ya Allah, dari segala prasangka buruk yang pernah 
                  muncul dalam hati kami yang buta.
Kesadaran 
                  itu tidaklah kemudian membuat kecenderungan yang ada dalam diri 
                  kami menghilang. Kecenderungan itu tetap ada dalam diri kami. 
                  Namun kami yakin bahwa adanya kecenderungan itu sendiri bukanlah 
                  suatu dosa bagi kami. Adanya kecenderungan itu adalah sebagai 
                  ujian bagi keimanan kami. Dosa baru ditimpakan bila kami kalah 
                  dan mengikuti hawa nafsu dengan melakukan perbuatan yang tidak 
                  diridhoi-Nya. Untuk itu kami harus berjuang untuk melawan kehendak 
                  hati kami yang tidak sesuai dengan tuntunan Islam. Dan tampaknya 
                  perang kami ini akan berlangsung seumur hidup.
 
 
 
No comments:
Post a Comment